Monday, February 1, 2016

Soulmate Part 2 (Dilemma)


Soulmate Part 2 (Dilemma)
   
   
|| a story by Ly @Lia_YH ||

|| Length : 3 Shoot || 

|| Rating : T || 

|| Genre : Romance, Friendship, Hurt, Schoollife || 

|| Main Cast : Park Nana (OC) and Park Chan Yeol EXO||

|| Other Cast : Kim Jia (OC), Byun Baekhyun Exo, and other||

** Ini adalah kelanjutan dari sequel Soulmate Part 1 (Annyeong). Maaf sangat lama, kemarin authornya sempat kena krisis percaya diri. Hehe..
Untuk part 1 nya ada di => Soulmate Part 1 (Annyeong).
Happy Reading!! ^^


||Bagian 2||

Siang ini Nana, Chanyeol, dan Jia sedang menghabiskan makan siang mereka bersama-sama di kantin sekolah.
"Jadi, belajar kelompok, sore ini, jam 5 di taman kota. Setuju?" Ucap Chanyeol.
Nana hanya mengangguk.

"Mi.. Mian. Aku tidak bisa hadir lagi. Hehe.." Kikuk Jia.

"eh, waeyo?" Tanya Nana.

"Kau kan tahu, sore hari adalah jadwal latihan basketku.. Aku tidak bisa meninggalkannya.." Keluh Jia.

"Baiklah, aku mengerti." Jawab Nana dengan senyum ramahnya. "Eh, jam berapa ini?" Tanya Nana kemudian.

"12.05. Wae?" Chanyeol balik bertanya.

"Ish.. Ceroboh. Aku lupa, Baekhyun pasti sudah menungguku!" Nana meneguk airnya dengan tergesa-gesa lalu merapikan seragamnya.

"Ne, kau sudah sangat sering membuatnya menunggu lama." timpal Jia.
Nana hanya tersenyum lalu melambaikan tangannya untuk berpamitan.
Chanyeol ambruk di meja dan Jia mengusap-usap sembarang rambut Chanyeol untuk menenangkannya.

"Tenanglah.. Kau masih punya nanti sore untuk bersama Nana." ucap Jia.

@Perpustakaan.
Nana berjalan secepat yang ia bisa menyusuri celah rak buku dan menuju kursi biasa tempat ia dan Baekhyun duduk bersama.

"Apa ku bilang. Aku memang harus menjemputmu ke kelasmu. Kau selalu terlambat." Sambut Baekhyun.

"Mian. Hehe.." Nana tersenyum canggung yang justru membuatnya terlihat menggemaskan.

"Gwaenchana. Aku hanya bercanda." jawab Baekhyun lalu mencubit pipinya pelan.
Mereka memang tidak duduk di kelas yang sama, namun saat jam istirahat seperti ini mereka sering menyempatkan untuk duduk bersama dan membaca buku atau membahas hal lainnya. Setelah pertemuan pertama mereka pagi itu, mereka selalu berangkat dan pulang sekolah bersama. Bahkan bukan sekali dua kali Baekhyun mampir ke rumah Nana untuk belajar bersama, menonton dvd film yang mereka beli bersama, atau sekedar curhat bersama. Nana juga tidak jarang ikut menemani Baekhyun berlatih menari di sebuah ruang latihan di gedung kesenian kota. Hubungan mereka semakin dekat, namun hanya sebatas itu.

...

Chanyeol berjalan-jalan mengitari kamarnya seperti sedang kebingungan. Ia melihat jam dindingnya, '16.20'.
"Aish.." Chanyeol semakin tidak tenang dan mengacak gusar rambutnya.

'cklek' Seseorang membuka pintu.
"Ya.. Aku sudah lama menunggumu!" Sengit Chanyeol.

"Hehe.." Jia hanya tersenyum tanpa merasa bersalah sedikitpun.
Chanyeol menghampiri Jia dengan tatapan kacau. Ia menarik tangan Jia dan membuatnya duduk di ranjang milik Chanyeol.

"Eh, Mwo mwoya ige?!" Jia takut, namun berusaha bersikap normal.

"Sst.. Diamlah." Titah Chanyeol.
Chanyeol mengambil sebuah kotak kecil dari nakas di samping ranjangnya, lalu berlutut dihadapan Jia.

"A.. Aku .. Entahlah. Huft.. Entah sejak kapan aku merasakan hal ini. Tapi ... Will you be my girlfriend?" Ucap Chanyeol terbata-bata sembari menunjukan sebuah kalung berliontin hati.

"He? A.. Aku.." Jia tak kalah terbata-bata.

"Ya, jawablah! Menurutmu jawaban apa yang akan dikatakan Nana nanti?" Chanyeol memecah suasana romantis yang ia ciptakan sendiri.

*Kim Jia P.O.V
"He? Na Nana?" Nama itu membuyarkan fokusku.

"Ne. Menurutmu, apa Nana akan menerimaku?"

"Andwaeyo!" Jawabku spontan.
Aish.. Nan paboya! Bagaimana bisa aku mengatakan hal yang bisa menyakitinya seperti itu, mianhae, Chanyeol ah.. Aku tidak ingin kehilanganmu.. Tapi mianhae, Jia-ya, aku tidak ingin menyakiti Chanyeol. Haha.. Apa terdengar bodoh jika aku lebih mementingkan persaan Chanyeol dari diriku sendiri?
Jika ia, memang itulah yang selama ini ku lakukan. Berusaha mati-matian menyembunyikan perasaanku dan membantu Chanyeol mendekati Nana. Setidaknya itulah yang bisa ku lakukan agar bisa semakin sering bersama Chanyeol, sebelum aku kehilangan waktu bersamanya. Setelah ia bersama Nana nanti.

"Benarkah? Apa Nana benar-benar akan menolakku?" Chanyeol terduduk di lantai. Ia sangat mudah ambruk jika mengenai Nana. Aku melihatnya, kau benar-benar menyukai Nana. Jahatnya jika aku memaksakan perasaanku seperti ini.
'pltak' Aku memukul kepalanya.

"Kya!!" Protes Chanyeol.

"Tentu saja Nana akan menolakmu jika kau masih berpenampilan berantakan seperti ini, babo! Apa kau tak bisa memilih sendiri pakaianmu tanpa aku? Huh?" Aku berusaha bersikap sebiasa mungkin, seolah tidak terjadi apa-apa dengan hatiku.
Ringisan Chanyeol berubah menjadi senyumannya yang cerah. Ia menghambur memelukku. Aku harap waktu berhenti saat ini. Membiarkan Chanyeol memelukku seperti ini, selalu ada perasaan nyaman dalam pelukannya, seberapa kacau pun perasaanku memikirkan cinta sepihak ini.

"Benar, bisa apa aku tanpamu, Jia-ya." Ucap Chanyeol.

"Jja, bersihkan dirimu, dan aku akan menyiapkan pakaian untukmu." Perintahku.

"yes, sir!" Jawab Chanyeol bersemangat, kembali seperti ia yang biasanya.
Sore ini Chanyeol dan Nana akan belajar bersama, hanya berdua. Sudah menjadi kesepakatanku dan Chanyeol untuk membiarkan mereka hanya berdua setiap belajar bersama di luar sekolah. Itu adalah salah satu misi mendekatkan Chanyeol dan Nana.
Aku selalu berhasil membuat Nana percaya bahwa aku benar-benar tidak bisa hadir. Tapi yang sebenarnya terjadi adalah, aku selalu disini, membantu Chanyeol memilih pakaian atau persiapan Chanyeol lainnya untuk bertemu dengan Nana.
Aku tidak percaya yeoja sepintar Nana bisa semudah ini dibohongi, atau ia tahu tentang ini dan menikmatinya. Apa ia juga menyukai Chanyeol? Pabo! Kenapa kau khawatir, Jia-ya?! Bukankah sudah tugasmu untuk membantu Chanyeol mendapatkan Nana?!
*Kim Jia P.O.V End


@Another place.
Nana menyisir rambutnya dengan lembut. Senyuman tak pernah lepas dari bibirnya saat malakukan persiapan untuk belajar bersama.
'drrrt' Handphonenya bergetar. Sebuah pnggilan masuk dari Baekhyun.
"Ne?" Nana menempelkan handphonenya di telinga kirinya.

"Apa sekarang kau sedang sibuk?" Tanya Baekhyun di sebrang sambungan.

"eum.. Aku akan belajar bersama dengan Chanyeol di taman kota. Wae?"

"Wah.. Terdengar bagus. Apa perlu ku antar?"

"Ani, aku ingin berangkat sendiri."

"Ish.. Kau ini. Kalau begitu, berhati-hatilah."

"Ne, aku akan sangat berhati-hati."

"..."

"Ne, anyyeong." Nana mengakhiri sambungannya.
Ia diam sejenak. Ia ingat tentang Jia. Entah sejak kapan selalu ada rasa senang saat tahu Jia tidak bisa hadir untuk belajar bersama dan membuatnya hanya bisa belajar bersama Chanyeol. Perasaan seperti itu membuat Nana membenci dirinya sendiri. Ia merasa licik dan tidak sepatutnya bersikap seperti itu. Ia sadar ia hanya seseorang yang hadir diantara Chanyeol dan Jia.

'did did..' Suara klakson nyaring berbunyi.

"Baekhyun!" Fikir Nana. Nana membuka jendela kamarnya dan melihat seseorang di luar sana. "Ani, itu bukan Baekhyun." Fikir Nana kemudian.

Pengemudi itu melambaikan tangannya ke arah Nana, lalu melepas helmnya. Dan apa yang Nana lihat membuat ia lebih senang dari perkiraan awalnya. "Chanyeol-ah!" Tanpa sadar Nana menyerukan nama Chanyeol dengan kakinya yang sedikit berjingkrak. Ini pertama kalinya Chanyeol menjemput Nana. Bukan hanya karena Nana selalu dijemput dan di antar pulang oleh Baekhyun, tetapi motor Chanyeol juga tidak pernah dinaiki yeoja lain selain sahabatnya Jia.

Nana segera keluar dan menghampiri Chanyeol.
"Mian aku lancang menjemputmu tanpa membuat perjanjian denganmu." Ucap Chanyeol.

"Ne, gwaenchanayo."

"Apa kita akan berangkat sekarang?

"eum." Nana mengangguk.
Tanpa Nana duga, Chanyeol turun dari motornya lalu memakaikan sebuah helm di kepala Nana. Nana tersipu dengan perlakuan Chanyeol. Nana tidak pernah seperti ini saat Baekhyun yang melakukannya.

"Kau siap?" Tanya Chanyeol.

"Ne."
Chanyeol mulai melajukan motornya dengan kecepatan normal.

"Nana-ya, apa kau tidak keberatan jika hari ini kita tidak belajar di taman kota?"

"Ne?"

"Eoh, maksudku kita tetap belajar, tapi tidak di taman kota. Di sebuah taman yang aku tahu. Eottae?" Jelas Chanyeol.

"Apa itu jauh?"

"Tidak. Itu cukup dekat dengan rumahku."

"Baiklah.."

"Ne."
Chanyeol mengajak Nana ke taman kecil yang cukup dekat dengan rumahnya, tempat ia bermain saat kecil dulu.

@Taman.
Motor Chanyeol berhenti di tepi jalan sebelum menuruni tangga menuju taman kecil dibawah sana yang sepi dan beberapa wahana telah berkarat.
Chanyeol membantu melepas helm Nana. Dan saat Chanyeol melepas helmnya sendiri. Tanpa basa-basi Nana berjalan mendahului Chanyeol pergi ke taman dibawah.


*Park Nana P.O.V
Aku merasakan suasana menghangat di taman ini. Seperti mengenalnya. Aku berjalan menuruni tangga menuju taman kecil dibawah sana. Beberapa wahana tampak sudah berkarat. Aku memilih untuk duduk di sebuah ayunan yang berjajar dengan ayunan lainnya. Seperti anak kecil, aku mengayunkannya pelan dan menutup mataku. Seperti anak kecil,
Memori berlarian. Aku mengingatnya. Semudah ini, aku mengingat semuanya. Ayunan ini, berkejaran di taman ini.

"Kenapa kau meninggalkanku?"
DEG!! Aku seolah mendengar suara dari masa lalu.

Aku membuka mataku, aku melihat Chanyeol berdiri dihadapanku. "Yeolli?" Aku bangkit dan memeluk Chanyeol.
*Park Nana P.O.V End

"Nana-ya.. Apa kau baru menyadarinya?" Chanyeol membalas pelukan Nana.
Lama mereka berpelukan.

"Lama tidak bertemu, kau banyak berubah." Nana memecah keheningan dan menghentikan pelukannya dengan Chanyeol.

"Benarkah? Tapi kau tidak banyak berubah." Timpal Chanyeol.

"He? Apa sejak awal kau sudah mengenaliku?" Nana terkejut.

"Hm.. Bisa dikatakan seperti itu. Hehe.."

"Kya, jahatnya.. Kenapa kau tidak mengatakannya sejak awal?" Nana mempoutkan bibirnya.

"Hehe.. Apa sekarang jika aku mencubit pipimu kau akan berlari lagi? Kkk" Chanyeol menggoda Nana dengan kenangan mereka saat masih kecil dulu.

"Yak!" Nana memukul bahu Chanyeol dan tersipu malu.

...

Mereka duduk di bongkahan kayu berukuran besar yang menjadi tempat duduk disana dan belajar bersama. Tapi tidak, apa ini bisa dikatakan belajar bersama jika sedari tadi Chanyeol hanya memandangi wajah Nana yang sedang serius membacakan teori? Chanyeol selalu menikmati saat-saat seperti ini. "Bogoshippo.." Batin Chanyeol.

*Park Nana P.O.V
Sejak awal aku selalu merasa ada sesuatu yang berbeda dengan Chanyeol, dan benar saja, ternyata ia adalah teman masa kecilku dulu. Aku senang bisa bertemu dengannya lagi. Dan aku sangat senang mengetahui bahwa aku bukanlah seseorang yang hadir diantara Chanyeol dan Jia, Chanyeol sudah lebih dulu mengenalku.
Tapi entahlah.. Batapa pun nyamannya saat bersama Chanyeol, aku selalu memikirkan Jia. Ku rasa Jia menyukai Chanyeol, itu terlihat jelas. Aku tidak sampai hati untuk menikmati saat-saat dimana jia merisaukannya. Jia pasti kacau karena cemburu. Dan entah kenapa, aku juga berfikir bahwa jia tidak sendiri, ku rasa Chanyeol juga menyukainya tanpa mereka sadari. Saat aku bersama Chanyeol, tidak jarang Chanyeol mengaitkan topik pembicaraan pada Jia. Terlihat jelas ia selalu memikirkan Jia. Dan dibalik semua itu, tidak ku pungkiri bahwa Chanyeol bersikap sangat manis padaku seolah ia menyukaiku. Chanyeol benar-benar membuatku gila.
Aku membacakan teori dengan tidak fokus. Tapi sepertinya Chanyeol juga tidak fokus. Apa ia memikirkan Jia?

"Nana-ya?" Chanyeol memanggilku dan merogoh sesuatu di sakunya. Ku lihat itu adalah kotak hitam dengan pita merah muda.
Fikiranku mulai panik. Apa itu untukku?
"Sejak kita kecil dulu, aku selalu senang untuk bermain bersamamu, dan tidak pernah ingin jauh darimu hingga kepindahanmu itu. Dan sekarang rasanya seperti mimpi untuk bisa bertemu dengan mu lagi. Nana-ya, entah sejak kapan aku merasakan perasaan semacam ini.." Chanyeol berceloteh. Aku tahu kemana arah perbincangan ini.

Dan Jia, lagi-lagi fikiranku tidak sejalan dengan hatiku. Aku tidak ingin dihantui rasa bersalah pada Jia. Dan aku tidak ingin hanyut dalam suasana ini sebelum aku benar-benar yakin siapa sebenarnya yang ada di hati Chanyeol, aku atau jia. Dan ada hal rumit lain yang membuatku takut untuk hal semacam ini.
"Chanyeol ah, lihatlah! Matahari akan tenggelam!" Seruku menunju semburat jingga dilangit, mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
Aku berhasil, kini Chanyeol diam dan menatap langit senja yang tenang. Desiran angin menerbangkan helaian rambut Chanyeol, membuatnya terlihat semakin 'tidak ada yang lain yang bisa membuatku merasa seperti ini'
Aku menyandarkan kepalaku pada bahu Chanyeol, dan Chanyeol mengelus rambutku. "Kau namja yang sangat baik." Ucapku.
Huft.. Entah kenapa, aku benar-benar tidak bisa menahan hatiku.

"Kau juga adalah seorang yeoja yang baik. Seorang putri dari mimpi masa kecilku yang menjadi nyata." Imbuh Chanyeol.

"Yeolli?"

"Ne?"

Hentikan ini!
"Bagaimana jika aku bukan lagi aku yang dulu, bagaimana jika aku yang sekarang bukan lagi putri masa kecilmu yang dulu. Banyak hal yang telah terjadi, dan aku tidak bisa menjadi tetap seperti aku yang dulu. Sekarang aku bukanlah putri dari mimpi masa kecilmu yang dulu." Ucapku.

"Tidak peduli, kini aku melihatmu. Kau yang membuatku bahagia dulu, kini menjadi dirimu yang membuatku merasa tidak ada yang lain yang bisa membuatku merasa seperti ini selain dirimu." Ucapannya terdengar sangat yakin.

Perlahan airmataku mengalir. Dan segera ku hapus sebelum Chanyeol melihatnya.
Kenapa harus ada orang lain yang terluka dalam kisah ini?
Mungkin ini terlihat seperti aku gila dan terlalu mengambil rumit apa yang terjadi di luar sana, pada Jia. Tapi aku benar-benar tidak bisa merasa tenang dengan ini. Dan lagi, ditambah ada hal rumit lain yang membuatku takut untuk hal semacam ini.
"Yeolli?"

"Ne?"

"Aku ingin pulang."

"eoh? Na Nana-ya, a apa ini sebuah penolakan?" Suara Chanyeol terdengar berat.

"Aku ingin pulang." Aku masih menahan tangisanku.

"Baiklah.." Chanyeol sepertinya menyadari ada sesuatu yang tidak benar padaku. Ia segera memasukan kembali kotaknya ke dalam jaketnya, merapikan buku-buku, lalu menuntunku menuju motornya.

...

Chanyeol mengantarkanku hingga ke depan rumahku. Ia membantuku melepas helmku, dan mulai merogoh sesuatu lagi dari jaket tempat ia menyimpan kotaknya tadi. Aku segera meninggalkannya.
"Gomawo." Ucapku lalu berlari memasuki rumahku.

Diruang tamu, ku lihat Baekhyun sudah berada disana. Ia memang selalu menungguku pulang setiap aku pergi keluar bersama Chanyeol, karena memang selalu ada cerita yang ingin ku bagi padanya.
"Eottae?" Tanyanya antusias. Lalu ekspresinya berubah penuh simpati saat melihat airmataku yang sudah tidak tertahankan lagi. Ia bangkit dan memelukku. Lalu menuntunku untuk duduk di sofa. Baekhyun mengambil secangkir teh hangat miliknya di meja tamu dan menawarkannya untukku. Baekhyun membantuku untuk meminumnya dengan perlahan. Ini terlalu sesak bahkan untuk hanya sekedar menelan teh hangat. Bekhyun kembali memelukku. "Menangislah.. Dan behentilah saat kau lelah." Ucapnya.
Aku semakin menenggelamkan wajahku dalam dada Baekhyun dan menangis sejadi-jadinya. Tak peduli, tidak akan ada yang mendengar selain Baekhyun dan Bibi Lee.

"Baekhyun ah.. A.. Aku baru saja menolak Chanyeol." ucapku di sela isakanku.

"Kau.. Tenangkanlah dirimu dulu.." Jawab Baekhyun.

@Another place.
Chanyeol merebahkan tubuhnya di ranjang dan menenggelamkan kepalanya di bantal.
'cklek' Pintu terbuka perlahan.
Chanyeol bangun, dan melihat Jia berdiri disamping ranjangnya.
"Nana menolakku." Keluh Chanyeol dengan matanya yang sembab.

Jia memeluk Chanyeol. "Tak apa.. Masih ada kesempatan lain. Apa kau masih ingin berusaha?" Jia mencoba menenangkan dan membangkitkan semangat Chanyeol.

"Geurae!" Chanyeol membalas pelukan Jia.


@Another place.
Samar-samar Nana membuka matanya. Ia terbangun dengan kompresan di atas kepalanya. Ia menoleh ke sampingnya, dan disana ada Baekhyun, duduk di kursi belajarnya dengan kepala yang tertidur di ranjang disamping tubuh Nana. Perlahan Nana mengusap keringat di kening Baekhyun. Dan usapan kecil itu membuat Baekhyun terbangun.

"Ne, ada yang kau perlukan?" Tanya Baekhyun pada Nana.
Nana hanya menggeleng kecil.
Baekhyun mengambil sapu tangan kompresan di kepala Nana dan menaruh telapak tangannya di kening Nana. Setelah dirasa baik, Baekhyun tidak lagi mengompres kepala Nana.
"Tadi kau menangis di ruang tamu hingga tertidur. Aku membawamu kesini dan mengompresmu. Kau sedikit demam tadi. Tapi sekarang kau sudah baikkan." Ungkap Baekhyun.

"hm.." Respon Nana.

"Kau, berhentilah memikirkan perasaan orang lain tanpa menghiraukan perasaan mu sendiri. Percayalah, semua orang tahu bahwa Jia dan Chanyeol hanyalah berteman, tidak lebih. Jangan membebani dirimu hanya karena kau tahu bahwa Jia menyukai Chanyeol. Karena pada kenyataannya, Chanyeol menyukaimu." Baekhyun menasihati Nana berdasarkan semua curhatan yang biasa Nana ungkapkan padanya selama ini.

"Tidak, kau tidak tahu bagaimana tatapan Jia pada Chanyeol, dan bagaimana Chanyeol memikirkan Jia saat Jia tidak ada disampingnya. Kau tid-"

"Cukup." Baekhyun memotong ucapan Nana sebelum Nana kembali menangis. "Baik, kau memang benar jika Jia menyukai Chanyeol. Tapi kau tidak bisa memaksa Chanyeol untuk juga menyukai Jia. Ia berhak untuk mencintai siapa pun. Dan ia memilihmu. Ia tidak akan melakukan sejauh ini jika ia sendiri tidak benar-benar menyukaimu. Dan kau juga tidak bisa memaksakan dirimu untuk menolak Chanyeol jika sebenarnya kau juga menyukai Chanyeol. Kau berhak untuk mencintai siapapun dan menerima siapapun yang kau cintai. Baik, mungkin Jia memang akan terluka. Tapi lihat apa yang kau lakukan sekarang, bukan hanya kau yang terluka, tapi Chanyeol juga. Begitu pun aku. Aku cukup tersiksa melihatmu hari ini. Banyak yang akan tersakiti jika kau memaksakan." Nasihat Baekhyun.

Nana tertegun. Sepertinya ia sedang berusaha mempertimbangkan perasaanya dan nasihat Baekhyun.
"Jeongmal gomawo." Ucap Nana.

...

Esok harinya, di kelas

*Park Chanyeol P.O.V
Pagi ini Nana seperti menghindariku. Bahkan ia tidak lagi duduk di sampingku. Ia memilih untuk duduk di kursi belakang yang cukup jauh dari kursiku. Bahkan ia hanya menjawab sapaanku dengan senyuman yang berbeda, seperti tidak nyaman. Sepertinya Nana menghindariku. Tidak, Nana benar-benar menjauhiku. Mungkin sebaiknya aku juga memberikannya waktu sendiri di situasi canggung seperti ini. Jika tahu ini akan terjadi, aku tidak akan melakukan hal seperti di taman kemarin. Mungkin memang lebih baik ku pendam sendiri perasaanku untuk bisa selalu bersamamu, Nana. Mianhaeyo.. Kau jadi merasa tidak nyaman seperti itu hanya karena aku.
Aku membenamkan wajahku di meja, kurasakan Jia menghampiriku dan duduk di kursi milik Nana yang kini kosong disampingku.

"Neon gwaenchanayo?" Bisik Jia.

"..." Aku hanya menggeleng, menandakan aku tidak sedang baik-baik saja.

'pltak' Jia memukul keras kepalaku dengan pensilnya.

"Aish!! Kya!!" Sengitku dengan suara yang sedikit ku sembunyikan agar tidak terlalu mengganggu teman lainnya di kelas.

"Paboya! Bagaimana kau bisa mendapatkan Nana jika sedikit-sedikit kau ambruk seperti ini, huh?!" Omel Jia dengan suaranya yang juga sedikit ia tahan. "Jangan lemah seperti ini jika kau tidak ingin melihat Nana pergi dengan namja lain!" tambah Jia. Ia memang selalu bisa membakar semangatku saat aku lemah seperti ini. Ia telah melakukan banyak hal untukku. Ia memang sahabat terbaik yang pernah ku punya.
"Cha, angkat dagumu!" Jia mengangkat daguku dengan pensilnya. 'pltak' Lagi-lagi ia memukul kepalaku dengan pensilnya. "Fokus!" Titahnya. "Kaluarkanlah pesonamu untuk memikat Nana. Pfft.." Goda Jia kemudian.
Aish.. yeoja ini, benar-benar! Ia selalu bisa membuatku kesal dan tertawa saat terpuruk seperti ini. Aku memperhatikan Jia yang tertawa puas setelah menggodaku, ia tertawa sejadinya hingga wajahnya benar-benar memerah dan matanya berair. Kau terlalu baik, Jia ya.. Bisa apa aku tanpamu.
"Ya!" Jia yang sadar sedang diperhatikan menghentikan tawanya dan menjentrikan jarinya di hadapanku. "Wae?"

"Ani!" Jawabku dan tersenyum.
*Park Chanyeol P.O.V End

...

'Ring ding dong' Bel istirahat berbunyi.

"Nana-ya, ke kantin bersama?" Ajak Chanyeol seperti biasanya.

"Aku harus ke perpustakaan. Kau duluan saja. Permisi." Nana masih bersikap dingin padanya.
Dan begitu seterusnya. Telah beberapa minggu ini Nana menghindar dari Chanyeol. Bahkan ia sengaja tidak memakan makan siangnya di kantin untuk menghindari Chanyeol.

@Atap sekolah.
"Habiskanlah makan siangmu!" Ucap Baekhyun.

"Um. Geurae! Hehe.." Nana tersenyum.

'Tap tap tap tap' Terdengar suara sepatu yang seperti tergesa-gesa.

"Nana-ya!" Panggil seseorang yang masih berlari di tangga.

"Eh, seperti suara Jia." Fikir Nana. Nana segera menuju tangga dan meninggalkan Baekhyun.

"Ne? Kenapa terburu-buru seperti itu?" Nana menatap Jia yang kelelahan setelah berlari menaiki tangga.

"Chan hh.. Chanyeol!" Ucap Jia terputus.

"Ne, ada apa dengan Chanyeol?!" Nana mulai khawatir.

"Chanyeol sedang di ruangan kepala sekolah. Ku dengar ia akan pindah!" Lanjut Jia.

"..." Nana diam. Sepersekian detik kemudian Nana berlari menuruni tangga mencari Chanyeol.
Langkah kaki Nana bergerak secepat yang ia bisa, menuju ruang kepala sekolah. Dan Chanyeol masih disana. Nana menunggunya di depan pintu.

'Cklek' pintu ruang kepala sekolah terbuka dan tampak Chanyeol yang telah selesai berbicara dengan kepala sekolah. Ia tertunduk lesu hingga tak menyadari Nana sedang berdiri dihadapannya.

"Wae?"
Chanyeol terkejut mendengar suara Nana yang berat. Dilihatnya dagu Nana bergetar dan matanya mulai berlinang.


@Atap sekolah
"Keluarlah." Ucap Jia lantang. "Baekhyun-ssi, aku tahu kau di sekitar sini. Keluarlah!" Lanjut Jia.

"Eh? Hehe.." Baekhyun tersenyum.
Mereka duduk di tempat Baekhyun dan Nana biasa duduk.

"Jadi, kau tahu ini hari terakhir Chanyeol di sekolah, kenapa kau tidak memanfaatkan waktu-waktu ini?" Tanya Baekhyun.

"Aniyo. Akan lebih berkesan bagi Chanyeol jika ia bersama Jia di hari terakhirnya." Jawab Jia lemas.

...

@Taman sekolah.
"Jepang. Besok pagi-pagi sekali aku akan berangkat. Mungkin 5 sampai 6 tahun hingga sekolahku selesai, aku akan kembali pulang. Atau mungkin... Aku akan melanjutkan bisinis keluarga dan menetap disana." Jelas Chanyeol. Nana tertunduk lesu mendengarnya. "Andwaeyo. Haha.. Aku akan kembali! Haha.. Jadi, kau tidak ingin kehilanganku?" Goda Chanyeol dan di balas dengan sebuah pukulan dari Nana. "Aish.. haha.." Chanyeol tertawa ringan. "Jika kau tidak ingin kehilanganku, kenapa kau menolakku di taman saat itu?" Tanya Chanyeol sejurus kemudian.

"Eh? I itu.." Nana kikuk.

"Apa kau berfikir tentang Jia? Kami hanya bersahabat. Percayalah. Atau .. apa ada hal lain yang kau fikirkan?"

"Um." Nana mengangguk.

"Apa itu Baekhyun?" Selidik Chanyeol.

"Andwae." Tegas Nana.

"Lalu?"

"Um.. a.. aku.. aku hanya takut kehilanganmu." Jujur Nana.

"Ne?"

"..." Nana mulai menangis, lagi.

"Kau bisa bercerita kepadaku." Chanyeol memeluk Nana.

"Kenapa mereka bertengkar? ... Dulu mereka saling mencintai hingga mereka hidup bersama. ... tapi kenapa sekarang mereka menjadi saling menyakiti satu sama lain dengan teriakan-teriakan percekcokan. ... a.. aku takut, yeolli.." Nana berusaha mengungkapkan bebannya disela isakannya.
Kini Chanyeol faham, itu lah yang membuat Nana ragu padanya. Ketidak harmonisan kedua orang tuanya membuat Nana ragu untuk membangun sebuah ikatan.

"Kau takut kita akan menjadi seperti itu?"Tanya Chanyeol. "Tataplah mataku." Pinta Chanyeol. "Apa kau melihat sesuatu?"

"Apa?" Tanya Nana.

"Sesuatu. Apapun itu. Bacalah. Aku terlalu bodoh untuk mengungkapkannya. Aku terlalu .. ini benar-benar tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ku harap kau bisa merasakannya." Chanyeol menangkup wajah Nana. Dengan mata tertutup ia mengikuti nalurinya mendekatkan wajahnya pada Nana. Aroma khas nafas Nana menuntun Chanyeol. Nana menutup matanya.

'Annyeong nege dagawa..' Handphone Nana berbunyi. Nana mengambil jarak dan merogoh hanphone disakunya. Panggilan masuk dari Baekhyun. Chanyeol tidak senang melihatnya.

"Chankaman." Nana berjalan beberapa langkah ke belakang Chanyeol. Chanyeol hanya memerhatikan. Percakapan yang terlihat sangat berat hingga tanpa sadar Nana menjatuhkan Handphonenya.

"Wae?" Tanya Chanyeol khawatir.

"Ji.. jia." Nana tersentak.

...


 -TBC-


Terimakasih untuk yang masih setia membaca Soulmate Part 2. Apa mengecewakan? Mian. Hehe..Saat Nana dan Chanyeol bisa kembali dekat, sayangnya ada hal lain yang 'euh!' (? -,-). Diakhir cerita di part ini hal buruk sepertinya telah terjadi pada Jia. Apa itu? Kalau ingin tahu, jawabannya akan ada di Part 3 nanti. Jadi, Sampai jumpa di part 3 ~ ^_^

6 comments:

  1. Hahaha.. kau tau, yg aku tunggu bukan apa apa.. Baekhyun POV nya manaa ya kok ngga nongol nongol wkwkwk cuman itu yg bikin aku grget kk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku gk ingat aku nulis BaekHyun POV. Kalaupun ada, POV nya dia ada di sekitaran ending cerita. Tapi kalau gk ada,berarti aku emg gk nulis POV nya dia. Heu 😂
      *eh,aku nulis POV nya dia gk sih? Lupaa. Jadi penasaran pngin baca ulang 😅

      Delete
    2. Aku sudah baca ulang sekilas, kayanya emg benar2 gk ada BaekHyun POV. 😁

      Delete
    3. Tapi dia ambil peran besar di ending. Klo mau baca yg banyak BaekHyun nya, lompat baca paragraf2 terakhir aja di part 4. Itu endingnya, full of Baek, meski gaje. Hehe

      Delete
  2. Wkwkwk siip siip. Aku mau kelarin dulu part tiganyaa doong wakak. Masa langsung loncaat

    ReplyDelete